Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

I Didn't Mean To Hurt You

Dari kejauhan, kilauan lampu-lampu kapal terlihat cantik, melambai, membisu. Menawarkan fatamorgana kebahagiaan namun hening dalam sepi. Hanya deburan ombak yang terdengar lirih sukses menggelitik begitu mesra membran timfani dan merefleksikan sempurna ke gendang telinga.

"Jika Aku nanti jauh darimu, jangan menangis ya! Aku tidak suka melihatm menangis"

"Jauh darimu? maksudnya?"

"Tidak, Mmm.. ambil ini! jangan buka sebelum Aku pulang nanti", katanya sambil menyodorkan amplop putih kepadaku.

"Apa ini?"

"Sesuatu", jawabnya singkat.

"Sesuatu apa? Kau aneh hari ini!", kataku ketus karena rasa penasaran yang membuncah.

"Ayo pulang! sepertinya sebentar lagi hujan. Jaga kesehatanmu ya! Aku sayang Kamu", serumu sembari mengulurkan tangan kananmu dan membelai rambutku. Dan Kau benar-benar aneh saat itu.

Sesampainya dirumahku...

"Kenapa diam saja? Kau tak ingin berbicara padaku?"

Aku hanya menggeleng. Menandakan tak ingin berbicara apapun saat itu.

"Aku minta maaf jika nanti membuatmu cemas. Tapi keadaanku akan baik-baik saja", jawabnya lalu menggas sepeda motornya hingga berjalan cepat. Aku hanya mampu melihatnya beberapa detik sebelum lalu menghilang.

Tak lama setelah Rei pulang, dan menidurkan tubuhku diranjang. Suara telepon berdering, gemetar telepon terasa disekujur tubuhku. Aku pun mengangkat tubuhku kembali, lalu duduk diranjang.

"Halo", kataku begitu gagang telepon menempel ditelingaku.

"Halo Intan. ini Tara, kakak Rei"

"Iya, Kak. Ada apa?"

Wanita itu tak langsung menjawab. Sepertinya ia menjauhkan gagang telepon dan berbicara dengan seseorang disampingnya. Aku juga mendengar jeritan dan tangis kala itu. Entah apa yang terjadi.

"Aku hanya ingin mengatakan, Rei.......Rei sudah meninggal. Parasit Toksoplasma Gondii menggerooti otaknya. Dan tadi dia kabur dari rumah sakit. Dia menemuimu bukan? Dia menitipkan pesan untuk segera mengabarimu dengan apa yang terjadi nantinya".

Gagang telepon itu terlepas dari tanganku seketika, terjatuh dengan suara keras di lantai. Kakiku mendadak lemas, Aku pun jatu terduduk dilantai. Sebelah tanganku memegang dada, berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang. Aku merasa dingin, dingin sekali. Rintik airmata tak mampu Aku bendung lagi. Dan Aku teringat akan sesuatu. Surat itu........

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Social Icons

twitter facebook

Social Icons

Featured Posts