Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Persimpangan

Terkadang, sebagai manusia kita kerap lupa bahwa dalam sebuah perjalanan pasti ada persimpangan. Persimpangan, ketika kita dihadapkan dengan beberapa pilihan. Antara tetap menjadi teman perjalanan atau memilih jalan masing-masing, lalu (kembali) menjadi orang asing. Tidak mudah memang. Tapi kita harus. Harus memutuskan.

Pernah terbayangkan sebelumnya? tentu saja tidak. Walaupun ribuan kali terucap untuk selalu menata hati ketika kemungkinan buruk itu datang, tapi aku tidak mati rasa. 

Aku ingat, pertemuan pertama kita, di kotamu. Dimana senja, hujan, dan gemintang menyimpan cerita mereka masing-masing. Cerita yang sekarang aku coba simpan rapat-rapat. Karena aku tau, aku tidak sanggup melupa, aku hanya sanggup mengemasi dan menyimpan rapat-rapat.
Lalu, ketika hatiku dan hatimu gagal menjadi rumah--tempat kita benar-benar dimengerti, akankah kamu menyesali sebuah pertemuan ini?
Sebuah pertemuan singkat tetapi meninggalkan bekas yang begitu pekat, kenangan begitu lekat.
Luka? tetap ada. Sakit? pasti.
Untuk itu aku minta maaf.
Aku pun merasakan sakit yang sama.

Maaf untuk semua kekecewaan yang tercipta.
Maaf untuk semua kebodohan yang begitu saja menyeruak dan membuat airmata.

Aku, tetap disini. Tetap memerhatikanmu. Tapi aku tidak bisa mendekat. Disana sudah ada sekat. Cukup memerhatikanmu dari jauh dan memastikan kamu selalu baik-baik saja. Kamu adalah "hai" terfavorit dan "selamat tinggal" yang paling sulit, untukku.

"Kehidupan itu seperti naik kereta. Kita tidak pernah tau siapa yang duduk menemani kita sebagai teman perjalanan. Kapan dia pergi dan siapa yang menggantikannya hingga kita sampai di tujuan akhir"-Hyper Ballad.

"Aku menyayangimu seperti kusayangi diriku sendiri. Bagaimana bisa kita ingin pisah dengan diri sendiri?-Rectoverso"



 picture by Boja Sihombing

Tuban, 14 September 2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Social Icons

twitter facebook

Social Icons

Featured Posts