Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Suatu Pagi, di Sudut Malioboro



Matahari belum tersingkap sempurna. Barangkali ia masih malu-malu atau memang masih memberi waktu  kepada awan-awan mendung untuk bergegas terlebih dulu. Ya, pagi yang sedikit mendung. Langit pagi tak begitu memesona seperti biasanya. Kawanan awan mendung turut mengambil bagian pada kanvas langit Yogyakarta, pagi itu.

            Jalanan Malioboro belum terlalu ramai. Deretan toko sepanjang jalan Malioboro pun masih belum buka. Lalu lintas kendaraan masih lengang. Namun sudah banyak pejalan kaki yang wara-wiri untuk sekadar menikmati suasana pagi di Malioboro yang begitu khidmat. Begitupun aku.

            Sebelumnya, satu mangkuk bubur ayam sudah terlebih dulu menjadi pembuka pagiku di Yogyakarta. Menu sederhana ala rumahan tapi terasa berbeda ketika kita menyantapnya bersama seorang teman dan ditemani obrolan yang menyenangkan.

            Pagi itu, di sudut Malioboro. Pagi yang sedikit dingin. Bau udara khas pagi hari yang bercampur dengan sisa-sisa hujan tadi malam masih enggan beranjak. 

Tadi malam, aku sudah mampir untuk menikmati malam di Malioboro, salah satu tempat yang membuatku rindu untuk dapat selalu kembali datang. Semalam, aku memutuskan untuk berjalan kaki menelusuri pinggiran jalan Malioboro, dengan backsound suara hujan dan percakapan dialek  jawa yang terdengar lamat-lamat di telinga. Aku menjadi pengamat yang baik untuk segala aktivitas yang tertangkap mata. Aku pun selalu merindukan hal-hal itu. Dan alasan kerinduan itu yang membuatku kembali datang menikmati pagi di Malioboro sebelum esok kembali pulang ke kotaku.

Pagi itu, di sudut Malioboro. Sebuah pagi yang menyimpan kenangan. Kenangan tentang aku dan seorang teman. Lebih tepatnya, ia bukan sekadar teman. Tapi sudah menjadi bagian dalam sebuah perjalanan hidup yang terus berlanjut. Menjadi bagian terfavorit ketika aku mencoba (kembali) mengingatnya. Menjadi bagian tersulit ketika suatu waktu memaksa untuk berhenti mengingatnya. Epilog sebuah pagi di sudut Malioboro dengan setumpuk kenangan yang awalnya hanya menggenang. Tetapi kemudian hanyut terbawa aliran air hujan semalam.

Dan sampai saat ini, aku masih mencari tahu kemana air hujan itu pergi. Barangkali masih ada kepingan kenangan yang masih bisa aku selamatkan.

 picture by Imroatul Azizah


Tuban, 19 September 2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Social Icons

twitter facebook

Social Icons

Featured Posts